Main content

Dengarkan audionya:

Sebagai konsumen energi, banyak masyarakat Indonesia masih berada dalam tahapan hanya menggunakan produk. Banyak yang belum memahami isu energi, baik secara pemanfaatan dan konsumsi yang baik, hingga tentang dampak pemanfaatan energi itu sendiri. Padahal, dengan adanya pemahaman terkait isu energi tersebut, masyarakat bisa memanfaatkan energi secara baik dan bijak. Melihat kebutuhan ini, YLKI sebagai organisasi pembela konsumen, melalui kerangka Strategic Partnership Green and Inclusive Energy (SP-Energy) bersama dengan Hivos, KPI, dan IESR; menyelenggarakan Pelatihan Konsumen Energi di Semarang pada tanggal 10 – 14 Desember 2018.

Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan bisa memahami kedudukannya sebagai konsumen dan mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan. Setelah mengetahui hak dan kewajiban konsumen, serta tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai konsumen, peserta pelatihan diharapkan bisa menjadi konsumen yang cermat, mencari informasi yang benar, serta mempunyai keberanian untuk menyampaikan pengaduan. Mereka juga diharapkan bisa membuat rencana aksi untuk mewujudkan peran mereka di lingkungannnya.

Peserta pelatihan ini terdiri dari perwakilan KPI wilayah Jawa Tengah, KPI Kota Salatiga, KPI Kabupaten Semarang, Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen Semarang, Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY), dan Masyarakat Desa Sugihan, Salatiga yang kemudian dibagi dalam 4 kelompok.

Melalui pelatihan ini, peserta diajari tentang perannya sebagai konsumen dalam kehidupan sehari-hari seperti menggunakan sarana transportasi, mengetahui rantai produksi dan distribusi produk, dan bagaimana konsumen berpikir rasional maupun irrasional ketika mengonsumsi produk. Yang lebih penting adalah bagaimana mata seorang konsumen melihat kebutuhan dari aspek ekonomi, aspek keamanan, aspek hukum dan juga aspek lingkungan.

Untuk membuktikan bahwa seluruh peserta sudah memahami aspek-aspek tersebut maka dilakukan pengamatan produk yang sudah disiapkan oleh panitia, yang terdiri dari tiga macam produk yaitu rice cooker, setrika, dan lampu, dengan merek yang berbeda. Setelah dilakukan pengamatan maka peserta yang diwakili oleh kelompoknya diminta untuk menjelaskan produk yang dipilih. Dari penjelasan seluruh peserta, dapat disimpulkan bahwa konsumen menginginkan produk yang aman, ramah lingkungan, dan juga sehat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Namun karena kurangnya informasi yang tepat seringkali konsumen menyimpulkan bahwa produk yang dipilih atau digunakan sudah baik menurut pertimbangan mereka. Hal inilah yang harus diluruskan agar tidak menciptakan opini sendiri, namun berdasarkan data baik dari penelitian maupun penjelasan dari para ahli.

Beberapa narasumber dihadirkan untuk menjelaskan kepada peserta terkait isu energi, penggunaan energi yang tepat, serta perlindungan konsumen. Penjelasan tentang isu energi disampaikan oleh Bapak Fabby Tumiwa dari IESR yang menyampaikan materi mengenai energi baru dan terbarukan—kondisi ketersediaan energi pada saat ini, dan apa yang bisa dilakukan oleh organisasi masyarakat untuk isu energi. Penjelasan tentang penggunaan energi alternatif, yakni Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE) disampaikan dan diperagakan oleh Ibu Suprapti, seorang tokoh komunitas di Kulonprogo yang sudah berpengalaman dalam pemanfaatan tungku tersebut. Selanjutnya, Yayasan Trukajaya menceritakan tentang keberhasilan serta kegagalan program biogas mereka yang bisa dijadikan sebagai pembelajaran bagi peserta. Narasumber terakhir, LKY, menyampaikan dan memperagakan teknologi energi alternatif lain yakni Kompor Minyak Jelantah.

Beberapa contoh pengalaman penggunaan energi alternatif yang disampaikan narasumber telah membuat peserta langsung tertarik untuk melakukannya di rumah maupun lingkungannya, sehingga salah satu peserta yaitu dari Desa Sugihan diberi kesempatan untuk menerima paket TSHE berikut Kompor Minyak Jelantah untuk digunakan sebagai percontohan di lingkungan Desa Sugihan.

Seminggu setelah pelatihan, tepatnya pada tanggal 21 Desember 2018 peserta dari Desa Sugihan telah melakukan sosialisasi TSHE dan Kompor Minyak Jelantah di Balai Kesa Sugihan dengan mengundang kepala desa dan warga setempat. Hal serupa dilakukan oleh peserta dari LP2K Semarang, mereka langsung bermusyawarah dengan sekretaris desa Tegaron, Kecamatan Banyubiru, Semarang. Hasil musyawarah menyimpulkan adanya rencana pembuatan septic tank terpusat di beberapa dusun di Tegaron. Rencana ini nantinya akan disampaikan ke kepala desa terpilih nanti, mengingat rencana tersebut berada di bawah kepemimpinan kepala desa sebelumnya. Sementara itu, peserta dari Dusun Tigorejo, Desa Tegaron, mengadakan sosialisasi hemat energi di awal tahun 2019, yang disampaikan oleh Ibu Siti Asnawiyah kepada anak-anak sekolah Madrasah Diniyah serta ibu-ibu pembina.

Klik galeri foto di bawah untuk mengunduh beberapa dokumentasi kegiatan di atas: