Pendatang yang Menyalakan Pelita di Praimbana
Dengarkan audionya:
Oleh Lina Noviandari, Knowledge Management Consultant Strategic Partnership Green and Inclusive Energy
Beberapa tahun lalu, pasangan suami istri Daniel Raja Lodo dan Dina Maramba Meha memutuskan untuk mulai menetap di Desa Praimbana, Sumba Timur; sekitar satu jam dari Desa Melolo, tempat mereka dulu tinggal. Sama seperti sebagian besar penduduk Desa Praimbana, keluarga ini menggantungkan hidupnya dengan bertani. Namun, sebagai pendatang, Daniel yang tidak punya cukup lahan, harus menyewa sejumlah bidang tanah untuk ditanami. Sadar akan keterbatasan ini, Daniel dan Dina mendirikan kios kecil untuk menambah penghasilan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, Kini, siapa sangka, pasangan pendatang ini lah yang justru memberdayakan warga sekitar.
Semua berawal dari ditunjuknya Daniel dan Dina sebagai agen Kios Energi yang merupakan bagian dari proyek TERANG (Investasi Energi Terbarukan untuk Masyarakat Desa yang Terpencil) di tahun 2017. Sebagai agen Kios Energi, pasangan suami-istri ini diberi tanggung jawab untuk mengelola beberapa fasilitas yang dialiri oleh energi listrik dari panel surya yang disediakan oleh proyek TERANG. Fasilitas tersebut meliputi papan pengisian ulang daya untuk lentera surya dan telepon seluler, satu perangkat TV, dan enam titik lampu. Saat ini, ada 99 keluarga yang mengisi daya lentera surya mereka di kios Putri Mahu. Untuk sekali pengisian, pelanggan dikenai biaya sebesar Rp 2000, yang bisa bertahan dua hingga tiga hari tergantung pemakaian.
Selain menyediakan fasilitas, Proyek TERANG juga membekali para agennya dengan berbagai pelatihan GALS (Gender Action Learning System) yang ditujukan untuk membangun kapasitas para agen, utamanya dalam hal perencanaan hidup dan kewirausahaan. “Pelatihan-pelatihan ini sangat berguna sekali buat kami. Kami diajari banyak hal. Misalnya mengelola keuangan dan menentukan target usaha. Kami juga diajari bagaimana meraih mimpi dengan memiliki perencanaan hidup yang bagus,” ujar Daniel.
Dengan bekal ilmu ini, Daniel dan Dina sedikit demi sedikit mulai menata ulang rencana hidup mereka. Kini pasangan ini lebih fokus dan bisa memilah mana yang perlu diprioritaskan untuk menggapai mimpi mereka. Daniel bercerita, “Orang di sini kalau sudah punya kendaraan, [merasa] hebat sudah. Padahal alat kerjanya tidak ada. Kalau saya lebih pentingkan alat pertanian. Kalau [sekarang] kendaraan saya tidak punya, tapi alat pertanian saya punya lengkap. Karena itu yang lebih saya butuhkan sekarang.” Daniel melanjutkan bahwa dengan tidak adanya perencanaan dan penentuan prioritas, banyak warga yang kesulitan bekerja. Mereka memiliki keterbatasan sumber daya dan kesulitan dalam mengolah lahan pertanian.
Melihat ini, Daniel tergerak untuk membantu. “Di sini ada beberapa kawan yang mau kerja, tapi tidak punya lahan dan modal, akhirnya saya punya rencana untuk ajak mereka bertani bersama. Kami sewa lahan bersama-sama, dikelola bersama. Sistem bagi hasil, begitu habis panen dibagi rata,” ujar Daniel. Usaha kelompok tani dengan bagi hasil ini, menurut Daniel, bisa membuat anggotanya lebih mempunyai rasa memiliki, sehingga akan lebih berkomitmen dan giat dalam bekerja.
Daniel mengaku senang bisa memberi contoh dan ikut memberdayakan warga sekitar. Dia menambahkan, semua ini tidak akan terjadi tanpa adanya pembangunan kapasitas yang difasilitasi oleh Hivos. Selain penghasilan tambahan dari mengelola Kios Energi, pembangunan kapasitas lah yang menurut Daniel paling terasa manfaatnya. “Dengan pelatihan dari Hivos apa yang dulu kami tidak tahu, sekarang jadi tahu, dan bisa membagikannya ke orang lain. Kami juga bertemu dengan para agen lain untuk menambah jaringan dan memberi motivasi. Secara personal, komunikasi saya dengan istri juga menjadi lebih baik. Sekarang kami sama-sama tahu keinginan dan kebutuhan masing-masing, hal yang disuka dan tidak disuka; kami juga bicarakan waktu dan beban kerja.”