Cerita Kesetaraan Gender dalam Proyek Energi Terbarukan dari Jantung Sumba
Dengarkan audionya:
Oleh Lina Noviandari, Knowledge Management Consultant Strategic Partnership Green and Inclusive Energy
Manase Anwar Umbu Wulang tidak pernah membayangkan mimpinya untuk memiliki usaha sendiri akan terwujud. Hasil berkebunnya tidak akan cukup untuk dijadikan modal, sementara daya tawar Anwar yang rendah membuatnya kesulitan mengakses dana pinjaman di koperasi maupun bank. Namun, itu semua berubah ketika Anwar ditunjuk menjadi agen yang dipercaya Hivos melalui program TERANG (Investasi Energi Terbarukan untuk Masyarakat Desa yang Terpencil) untuk mengelola mesin pemipil dan penggilingan jagung bertenaga surya (PV Agro-processing) pada pertengahan 2018.
Ketika ditemui di rumahnya yang terletak di Desa Pabera Manera, Sumba Timur, Anwar tengah sibuk mengelola kios sembari menjaga kedua anak perempuannya yang masih kecil. “Istri saya sedang mengikuti ujian di kampus,” ujar Anwar sembari memangku anaknya. Berkat pendapatan tambahan rutin dari hasil mengelola mesin pemipil dan penggiling jagung serta dari kios kecil mereka, istri Anwar kini bisa menempuh pendidikan untuk menjadi guru SD. Mimpi yang sebelumnya tampak mustahil terwujud jika hanya mengandalkan hasil berkebun jagung dan umbi-umbian. “Kalau hasil berkebun kan musiman, dan tidak seberapa,” jelas Anwar.
Untuk setiap kilogram jagung yang dipipil dan digiling, pelanggan dikenai biaya sebesar Rp 500. “Rata-rata pelanggan membawa 5 kg sampai 20 kg untuk setiap penggilingan. Akan lebih banyak pada musim panen, karena selain dikonsumsi juga untuk dijual,” tutur Anwar. Jasa penggilingan jagung ini sangat diminati dan dirasakan manfaatnya oleh para tetangga Anwar di Desa Pabera Manera, khususnya perempuan. “Sebelum ada mesin ini, para perempuan harus menghabiskan dua jam lebih memipil dan meniti jagung setiap harinya,” jelas Anwar.
Karena jagung merupakan salah satu makanan pokok orang Sumba, hampir dipastikan Anwar selalu mendapat pelanggan setiap harinya. Penghasilan rutin inilah yang membuat daya tawar Anwar dan keluarga meningkat, sehingga mereka bisa mengakses pinjaman ke koperasi untuk memulai usaha kios kecilnya.
Membagi peran, menggandakan kesejahteraan
Selain dari segi pendapatan, penunjukan Anwar sebagai agen PV Agro-processing telah mengubah hal yang fundamental dalam hidupnya yakni bagaimana Anwar memandang dan menjalani hidup berkeluarga. Melalui berbagai pelatihan Gender Action Learning System (GALS) yang diselenggarakan oleh TERANG, Anwar dan istrinya dilatih untuk membuat perencanaan hidup yang lebih baik, terukur dan realistis. Mereka diajari cara mengelola usaha, dimulai dari bagaimana menghitung target pendapatan, menemukan strategi untuk mencapai target hingga mengatasi masalah dalam mengelola usaha.
Dalam menjalani itu semua, Anwar dan istri juga dibekali dengan pemahaman tentang pentingnya kesetaraan gender; bahwa peran dan beban kerja antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga haruslah seimbang. Dengan sistem patriarki yang masih kuat, peran mayoritas perempuan Sumba hanya dibatasi seputar urusan domestik. Mereka tidak dilibatkan dalam urusan pengambilan keputusan maupun kepemilikan aset dalam keluarga.
Dengan mengikuti berbagai pelatihan GALS, Anwar dan istri sadar bahwa pembatasan peran ini hanya akan menghambat peningkatan kualitas hidup mereka. Melihat suami menjaga anak sementara istri berkuliah, bisa dibilang merupakan pemandangan yang tidak umum dijumpai di banyak wilayah di Sumba. Namun, justru dengan berbagi peran lah Anwar merasa kehidupan keluarganya sekarang menjadi lebih baik. Kedepannya, Anwar dan keluarga berencana memperbesar kios kecilnya dan bekerja lebih keras. Mereka tidak sabar menyongsong tahun-tahun kedepan di mana istrinya lulus kuliah dan menjadi guru SD, melihat anak-anaknya masuk sekolah; tidak sabar untuk mewujudkan satu persatu mimpi mereka.